Theodore Permadi Rachmat, Orang Terkaya Indonesia Nomor 12

Theodore Rachmat

Orang di Indonesia mengetahui Theodore Permadi Rachmat sebagai mantan bos Astra Group, yang pensiun dari perusahaan itu pada 2002. Namun, hal itu tidak menghentikannya untuk tetap bekerja dan mengumpulkan kekayaaannya secara masif yang mencapai 1,9 miliar dolar Amerika. Pada usia 70 tahun, kini dia pemilik Triputra Group yang dibanggakan, sebuah korporasi besar yang memayungi beberapa perusahaan dengan beragam bidang industri yang sukses.

Sumber Kekayaan Theodore Permadi Rachmat

Setelah pensiun dari posisinya sebagai pemimpin Astra Group, lulusan ITB ini membangun Triputra Group, yang memiliki perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang logistik, pertambangan batu bara, manufaktur, pakaian, karet, agrikultur, perdagangan, dan keuangan mikro. Pengalamannya sebagai pemimpin Astra Group membantunya membangun Triputra Group, membuat perusahaan itu menjadi salah satu kelompok perusahaan paling sukses di Indonesia hanya dalam 10 tahun. Karakteristik utamanya adalah rendah hati, tapi selalu berfokus pada pencapaian.

Theodore Permadi Rachmat memulai kariernya dengan membangun sebuah perusahaan konstruksi dengan saudara laki-lakinya, Benedictus, bernama PT Porta Nigra pada tahun 1970. Dia juga kerja magang di Gevehe B, sebuah perusahaan di Belanda, menjadi penjual alat berat di Allis Chalmers Astra. Pada tahun 1972, dia menjadi direktur PT Federal Motor (kemudian menjadi PT Astra Honda Motor). Bahkan setelah tidak lagi bekerja di Astra, Theodore mengundang beberapa kenalan yang dipercayanya untuk bekerja bersamanya di Triputra Group.

Sekarang, Theodore tidak hanya pebisnis sukses, tapi juga seorang filantropis dan seorang yang mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pendidikan dan semangat kewirausahaan. Dia membangun Yayasan Indonesia Belajar Mandiri yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa tidak mampu, dan Yayasan Dharma Bhakti Parasahabat yang memberikan keuangan mikro bagi para ibu rumah tangga sehingga mereka juga bisa memberikan lagi kepada keluarga mereka. Mimpi akhirnya adalah memberantas kemiskinan dan buta huruf dengan memberikan dukungan berupa kesempatan kerja, beasiswa, dan kredit mikro bagi para pemilik usaha kecil.