Anthony Salim adalah anak dari konglomerat Sudono Salim, pemilik grup Salim. Anthony Salim menjadi penerus usaha grup Salim setelah ayahnya wafat. Saat itulah dimulai perjalanan bisnis Anthony Salim. Bisnis tersebut dijalankan bukan tanpa hambatan. Pasang surut dilaluinya demi mempertahankan bisnis keluarga. Grup Salim merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia pada era orde baru sebelum krisis moneter 1998. Beberapa perusahaan tergabung dalam grup Salim yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Bogasari Flour Mills, PT. Indocement Tunggal Perkasa, PT. BCA dan PT. Indomobil Sukses Makmur.
Bagaimana Anthony Salim Bertahan Di Tengah Krisis
Setelah terjadi krisis ekonomi di tahun 1998, Grup Salim berhutang pada negara sebesar Rp 52 trilyun. Anthony terpaksa menjual PT. BCA, PT. Indomobil Sukses International, dan PT. Indocement Tunggal Perkasa, untuk membayar hutang demi menyelamatkan perusahaannya yang lain. Hal ini dilakukan demi mempertahankan bisnis keluarga. Keputusan Anthony dalam mempertahankan kedua perusahaan lain yaitu PT. Indofood Sukses Makmur dan PT. Bogasari Flour Mills ternyata merupakan pilihan yang tepat. Kedua perusahaan tersebut sekarang menjadi perusahaan produsen mie instant dan tepung terbesar di dunia.
Produk-produknya seperti Indomie, Sarimi dan Supermi yang merupakan produksi PT. Indofood dan tepung terigu Bogasari, Kunci Biru, Cakra Kembar dan Segitiga Biru yang merupakan produksi PT. Bogasari adalah produk ternama yang banyak beredar di masyarakat dengan volume penjualan tertinggi. Minyak goreng Bimoli dan mentega Simas Palmia juga merupakan produk ternama dari grup Salim.
Ekspansi Bisnis Anthony Salim
Anthony tidak berhenti mengembangkan usahanya. Setelah membawa kedua perusahaannya menjadi perusahaan produsen makanan terbesar di dunia, beliau pun mulai melirik peluang lain. Di tahun 2005, PT. Indofood melakukan joint venture dengan perusahaan Nestle S.A. yang sama-sama bergerak di bidang makanan. Kedua perusahaan ini masing-masing memiliki saham 50% pada perusahaan gabungan yang diberi nama PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Tujuan penggabungan usaha ini adalah untuk memperbesar kekuatan dalam memenangkan pangsa pasar makanan di Indonesia.
Joint Venture ini bergerak di bidang manufaktur, pemasaran, maupun distribusi produk konsumen, yakni produk makanan untuk pasar lokal maupun untuk ekspor. Melalui kerjasama ini, PT. Indofood memberikan lisensi penggunaan merk produknya seperti Indofood, Piring Lombok dan lain-lain kepada perusahaan gabungan ini. Sedangkan PT. Nestle memberikan lisensi untuk produknya dengan merk Maggi.
Anthony tetap terus melakukan ekspansi usaha dengan membeli saham China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC) melalui perusahaannya PT. Indofood Sukses Makmur. CMFC bergerak di bidang pengolahan sayur. Aktivitas bisnisnya dimulai dari budi daya, pengolahan sampai penjualan. Produknya adalah sayuran segar maupun sayuran olahan. Produk-produk tersebut tidak hanya dipasarkan untuk domestik tapi juga untuk diekspor. Saham PT. Indofood pada CMFC adalah sebesar 33,49% atau sebanyak 219,5 juta lembar saham dan terdaftar di bursa saham Singapura.
Menjadi sukses seperti sekarang bukanlah hal yang mudah bagi Anthony. perjalanan bisnis Athony Salim sempat mengalami kemunduran akibat krisis ekonomi. Namun semangat, kegigihan dan kecerdasannya dalam mengelola usaha menjadikan bisnisnya tetap bertahan. Tidak hanya bertahan namun akhirnya bisa berekpansi ke luar negri dan menjadikan perusahaannya no 1 di dunia.