Cerita sukses Theodore Rachmat atau Teddy adalah cerita yang panjang. Sejak lulus dari fakultas teknik Institut Teknologi Bandung (ITB), perlahan-lahan dia berkembang dari hanya seorang sales Astra menjadi direktur di perusahaan yang sama yang mempekerjakannya sejak pertama kali. Kini, dia memiliki perusahaan sendiri seperti Triputra Group dan PT Adaro, semuanya tetap beroperasi dengan aset dan profit yang mengagumkan. Namun, kesuksesannya tidak tanpa beberapa keputusan buruk yang pernah dibuatnya, tapi dia berhasil belajar dari kesalahan itu.
Dari Sales menjadi Direktur Astra
Theodore Rachmat memulai kariernya sebagai sales Astra di tahun 1968, tepat setelah dia lulus. Pada waktu itu, Astra hanyalah sebuah perusahaan kecil, dan dia masuk sebagai karyawan ke-15. Selama minggu-minggu pertamanya sebagai karyawan sales, Teddy mengendarai motor untuk pergi dan pulang dari kantor serta sering tidur di kantor. Dedikasinya membuatnya terus berkembang hingga dia dipercaya untuk mengelola bisnis baru yang beroperasi di bawah Astra. Pada tahun 1972, dia memulai pekerjaannya mengelola United Tractors, sebelum dia akhirnya meningkat menjadi chief executive sampai tahun 2005. Kini, United Tractors tetap beroperasi dan bernilai lebih dari 10 miliar dolar Amerika.
Dia pernah membuat keputusan yang salah dengan tidak membeli Astra selama krisis moneter 1998, dan pada akhirnya, dia sering mengingatnya sebagai salah satu keputusan terburuknya dalam bisnis. Namun, dia kemudian berhasil dengan memulai perusahaan keuangan Adira, tapi dia harus menjual sebagiannya kepada Bank Danamon agar tetap bertahan. Dia pun menjual sebagian saham Adira lainnya untuk membangun Triputra Group, prestasinya yang paling sukses. Sekarang, Triputra Group memiliki beberapa perusahaan di bawahnya, dengan yang terbesar Kirana Megatara Rubber Company dan Triputra Agro Persada Palm Oil Company.
Seiring dengan perusahaan, dia pun memiliki beberapa perkebunan kelapa sawit yang menyuplai pabriknya dengan minyak sawit mentah. Dia juga mendirikan perusahaan pertambangan bernama Adaro, dengan menempatkan anggota keluarga dan teman kuliahnya pada posisi-posisi penting.
Rencana untuk Go Public
Tidak puas dengan prestasinya sejauh ini, Teddy juga memiliki rencana masa depan untuk membawa saham TAP untuk go public, sehingga orang dapat melihat transparansi dalam bisnis dan dia pun bisa mendapatkan lebih banyak suntikan modal untuk memperluas dan mengelola kerajaan bisnisnya yang besar. Dia membeli saham minoritas TAP bersama-sama dengan Northstar Pacific Capital milik Patrick Walujo, serta Singapore Government Investment Corporation. Sekarang dia pun perlahan-lahan mendaftarkan Grup Triputra sebagian demi sebagian, dengan Perusahaan Swakarsa Sinarsentosa Palm Oil menjadi yang pertama tahun ini.
Saya adalah hamba Allah yang membutuhkan dana untuk nyebrang ke Lampung, karena di Lampung ada pekerjaan yang menanti saya, semoga Allah memudahkan rezeki dan urusan saya.