Bahkan pebisnis sukses seperti Ir. Ciputra tidak dilahirkan dengan kekayaan. Dia harus berjuang untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Ir. Ciputra menjadi sumber inspirasi bagi para pebisnis lain ataupun mereka yang berencana untuk berbisnis di masa depan. Adakah rahasia yang berkaitan dengan kesuksesannya itu? Dia sering mengajar banyak orang mengenai pentingnya kepemimpinan dalam bisnis. Ciputra juga sering mengajar mengenai efek vital hubungan antara pemimpin dengan para bawahannya. Semakin baik kecocokan berarti semakin baik bisnis dapat berkembang. Ketika berbicara mengenai kepemimpinan dalam bisnis, Ciputra selalu mendorong orang untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai.
Penolakan untuk Gaya Kepemimpinan Autokrasi
Tipe kepemimpinanyang tidak direkomendasikan Ciputra adalah autokrasi. Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menimbulkan kesulitan bagi para karyawan, dengan sangat berorientasi pada keinginan dan instruksi pemimpin. Tipe kepemimpinan ini tidak membangun hubungan personal dengan para karyawan. Walaupun ada hasil yang baik berkaitan dengan produktivitas dan profit bisnis, kepemimpinan autokrasi menghasilkan kualitas hubungan yang buruk antara manajer dan tenaga kerjanya.
Tentu saja, setiap tipe kepemimpinan membawa hasil yang berbeda. Ir. Ciputra juga menganggap bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh signifikan pada perusahaan dan organisasi secara keseluruhan. Gaya kepemimpinan dapat mengubah atmosfer organisasi. Namun, dia menyadari bahwa setiap pemimpin memiliki gaya sendiri dalam mengelola dan mengorganisasi bisnis. Oleh karena itu, Ir. Ciputra mendorong para pendatang baru dalam bisnis untuk menyeleksi gaya kepemimpinan yang tepat.
Pentingnya Gaya Kepemimpinan yang Tepat
Gayakepemimpinan yang tepat akan mampu meningkatkan kinerja para karyawan untuk bekerja lebih baik. Tanpa itu, sebuah bisnis akan menghadapi berbagai masalah bagaimana membuat segala sesuatu lebih halus dan berkualitas. Kepemimpinan bisnis alternatif yang direkomendasikan oleh Ir. Ciputra termasuk gaya transformasional dan transaksional. Dia mungkin menganggap dua gaya ini lebih terfokus pada pengembangan hubungan dengan bawahan.
Dia merekomendasikan gaya kepemimpinan transformasional karena gaya itu mendorong komunikasi antara manajer dan karyawan serta menyambut perubahan yang positif. Gaya kepemimpinan ini mendorong kreativitas karyawan dan pemimpin memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar. Seorang pemimpin dengan gaya ini bisa menjadi model yang baik bagi para pengikutnya. Demikian pula, pemimpin transaksional berfokus pada perannya sebagai pengawas, pengorganisasi (organizer), dan motivator bagi kinerja kerja tim. Oleh karena itu, Ir. Ciputra juga merekomendasikan jenis kepemimpinan ini dalam mengelola bisnis.
Sebagai kesimpulan, gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional tidak berorientasi pada pemimpin. Kedua gaya kepemimpinan ini menciptakan situasi di mana lini manajerial dan lini bawah memainkan peran dan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi secara keseluruhan.