Sejak pertama kali mengakuisisi Carrefour Indonesia secara penuh di tahun 2010, Chairul Tanjung telah menyampaikan tekadnya untuk mengubah image bisnis retail yang lekat dengan image negatif saat itu. Ya, Carrefour sebelumnya dianggap menguasai pedagang-pedagang kecil dan pedagang-pedagang tradisional. Pada saat itu, Carrefour dinilai lebih banyak menawarkan produk-produk buatan asing serta memonopoli perdagangan di sekitrnya. Akibatnya, banyak bisnis kecil gulung tikar.
Chairul Tanjung Menepati Janjinya
Chairul Tanjung pada saat itu berjanji akan menjadikan Carrefour sebagai bisnis ritel yang dicintai semua kalangan. Hal pertama yang ia lakukan adalag mengubah nama ritel tersebut, hingga lebih Indonesia. Berbagai langkah telah diupayakan untuk mewujudkan janji tersbeut. Salah satunya adalah dengan memberikan peluang lebih kepada UMKM dan pedagang lokal untuk menjual produknya, khususnya sembako. Ia juga memberikan peluang kepada UMKM untuk membina kelompok tani dan peternak di tingkat lokal.
Kemudian, PT. Trans Retail Indonesia, yang kini menguasai Carrefour Indonesia, aktif melakukan penjaringan terhadap UMKM yang akan menjadi supplier kepada Carefour. Tidak hanya menginginkan produknya, perusahaan milik Chairul Tanjung, Si Anak Singkong, ini juga menyediakan pelatihan dan capacity building dan pengembangan skala bisnis untuk para pemilik UMKM.
Beberapa fokus dari pelatihan tersebut adalah penguataan kelembagaan, peningkatan pengetahuan pelaku usaha, perluasan jaringan, dan fasilitasi untuk mendapatkan akses mikro-kredit, serta pengenalan teknologi dalam operasi usaha kecil dan menengah. Seperti diakui salah satu perwakilan dari PT. Trans Retail Indonesia, Hendrik Adrianto, pembinaan UMKM dan pembukaan akses pasar untuk mereka adalah salah satu fokus program CSR Careffour Foundation.
Peran PT. Trans Retail dan Carrefour Foundation
Untuk mewujudkan program pembinaan UMKM ini, Chairul Tanjung bersama Carrefour Foundation menggandeng Yayasan Sahabat Cipta dan sentra-sentra UKM yang ada di beberapa universitas ternama di tanah air. Di antaranya adalah Universitas Indonesia, UGM Yogyakarta, Universotas Air Langga Surabaya, Universitas Sumatera Utama Medan, Universitas Hasanuddin, dan lain-lain. Kemitraan ini telah dilakukan sejak tahun 2011.
Program kemitraan ini sudah menunjukkan hasilnya. Misalnya di Sumatera Utara, selama 1 tahun pelaksanaan program, sekitar 100 UMKM dari wilayah Medan sudah ikut bergabung dan mendapatkan berbagai pelatihan, yang diselenggarakan dengan kolaborasi antara Carrefour Foundation dan Inkubator Bisnis CIKAL USU. Dari lebih 100 UKMKM yang dibina, sudah lebih dari 10 UMKM saat ini menjadi supplier untuk Carrefour.
Dengan cara ini, perusahaan akan bisa membuktikan dirinya sebagai mitra bagi pengusaha-pengusaha kecil di tingkat lokal. Dengan banyaknya UMKM yang bergabung menjadi supplier, artinya kapasitas dan skala usaha mereka telah berkembang. Ini akan menunjukkan bahwa basis ekonomi kerakyatan semakin kuat, sehingga para pengusaha kecil tidak lagi termajinalkan dengan hadirnya bisnis ritel skala besar seperti Carrefour Indonesia.